Srnras

Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore, satu jam lagi ia harus pergi ke tempat jualannya mang Jamal, penjual lumpia basah langganan Clarine.

Clarine mengetahui lumpia basah mang Jamal saat ia sedang lari pagi di lapangan GASIBU, setelah lari biasanya ia merasa lapar dan mencari makanan untuk sarapannya, disitu lah awal mula Clarine menemukan lumpia basah mang Jamal yang rasanya sangat enak, dulu lumpia basah mang Jamal tidak seantri sekarang, namun sekarang jadi lebih ramai pembeli dan antri panjang, selain rasanya yang enak, sebenarnya kalau dilihat-lihat wajah mang Jamal juga lumayan tampan untuk ukuran mamang lumpia basah, mungkin itu juga menjadi daya tarik pembeli, karena penjualnya ganteng.

Setelah Clarine bersiap-siap, ia langsung mengeluarkan sepeda motor kesayangannya, kebetulan jarak rumahnya dan tempat mang Jamal berjualan itu tidak jauh, makanya ia lebih memilih menggunakan sepeda motornya.


Sesampainya disana, benar saja seperti yang mang Jamal bilang sudah sepi, mang Jamal sedang memasak pesanan terakhir karena ada satu orang yang sedang menunggu pesanannya didekat gerobak mang Jamal.

“Mang Jamal, gimana mang rame?”

“Eh neng Clarine, alhamdulillah neng udah mau habis.”

Neng tunggu sebentar atuh, duduk dulu neng. Biar saya buatkan dulu lumpia spesialnya.”

Mendengar perkataan mang Jamal, Clarine langsung duduk dibangku yang sudah disiapkan oleh mang Jamal.

“Nih neng Clarine udah jadi lumpianya, spesial buat neng Clarine, sok atuh dimakan neng,” ucap mang Jamal sambil memberikan satu porsi lumpia basah buatannya.

“Duh makasih mang Jamal, jadi nggak enak gini saya makan gratis hehehe.”

Teu nanaon atuh neng, da neng teh udah bantuin promosi dagangan saya, jadi makin rame sekarang mah euy.” (Nggak apa-apa neng, soalnya neng udah bantuin promosi dagangan saya, jadi makin rame sekarang)

“Dimakan yaa mang.” Clarine mulai memakan lumpia basahnya.

“Mang udah jualan berapa tahun?” Tanya Clarine.

“Saya mah belum lama neng, waktu pertama kali neng kesini itu teh saya baru seminggu jualan, masih sepi neng dulu mah.”

“Oh berarti baru sekitar dua bulanan yaa mang, syukur deh sekarang udah rame.”

“Iya neng sekarang mah alhamdulillah pisan atuh, ngantri terus yang beli teh. Ditambah neng Clarine promosi ditwitter, aduh jadi makin rame dagangan saya.”

“Eh iya, mang kok bisa punya twitter?”

“Itu teh neng saya diajarin sama keponakan saya, katanya bisa promosi disitu teh, pake apa ya yang mejik-mejik itu neng.”

“Oh twitter please do your magic, iya sih mang sekarang suka banyak yang pake itu entah untuk jualannya, bantu orang yang sakit, cari orang yang hilang juga bisa mang.”

“Oh gitu neng, saya mah atuh da nggak ngerti neng main twitter teh. Itu juga diajarin ponakan.”

“Mang Jamal follow saya atuh, nanti saya follback terus bisa saya bantu promosiin lagi.”

Cik sok atuh sama neng Clarine aja, mang mah nggak ngerti.” Mang Jamal menyodorkan ponselnya ke Clarine. (Coba sama neng Clarine aja, mang nggak ngerti)

“Nih mang udah saya follow back akun mang Jamal.” Clarine menunjukkan layar ponselnya ke mang Jamal, lalu memberikan ponsel mang Jamal kembali.

Nuhun atuh neng, neng jangan bosen ya beli lumpianya saya.” (Makasih neng, neng jangan bosen ya beli lumpianya saya)

“Nggak atuh mang, soalnya lumpia buatan mang Jamal teh emang enak banget makanya saya suka. Mang saya pamit duluan ya, udah mau maghrib nih, makasih lumpia gratisnya mang, semoga semakin laris.” Pamit Clarine

“Iya sok atuh neng hati-hati ya, jangan ngebut neng bisi jatoh nanti, sakitnya mah nggak seberapa tapi malunya yaa neng, tapi kalau nanti jatoh mah pura-pura *weh push up dijalan hehehehe.” (Iya neng, hati-hati ya, jangan ngebut neng takutnya jatoh nanti, sakitnya nggak seberapa tapi malunya yaa neng, tapi kalau nanti jatoh pura-pura push up aja dijalan hehehehe.”

“Si mang mah bisa aja hahaha, ya udah saya pamit ya mang.” Clarine langsung menghampiri sepeda motornya, lalu bersiap untuk pulang.

“Makasih mang Jamal.”

“Ya neng sok hati-hati.”

Serena sedang sibuk memilih pakaian yang akan ia gunakan untuk bertemu kakak tingkatnya itu, Adnan namanya. Ia terlihat kebingungan dihadapan cermin dengan beberapa pasang baju yang ia cocokan dibadannya.

“Padahal gue cuma mau ketemu kak Adnan tapi kok seheboh ini sih? Tiap di kampus juga ketemu perasaan,” rutuk Serena.

Akhirnya ia memilih kemeja hitam dan rok berwarna broken white, lalu rambutnya ia biarkan tergerai, tidak lupa mengenakan sling bag yang berwarna senada dengan roknya, kemudian ia menggunakan sneakers berwarna hitam, setelah dirasa penampilannya cukup bagus, ia segera menuju tempat pertemuannya dengan Adnan.


Sesampainya di bawah atap, serena sudah mendapati Adnan sedang terduduk disana, ia pun langsung menghampirinya.

“Sore kak, maaf telat tadi kejebak macet.”

“Gak apa-apa, duduk terus pesen aja dulu.”

Setelah duduk dan memesan makanan, Adnan memulai pembicaraannya.

“Maaf saya ajak kamu ketemu kaya gini, soalnya dipesan kamu saya nggak boleh mengutarakan apa yang ada dipikiran saya saat itu. Serena, terimakasih kamu sudah menyimpan perasaan untuk saya cukup lama, pasti sangat sulit untuk tetapi menyukai orang seperti saya, lalu saya juga berterimakasih kamu sudah mengirimkan hadiah di hari ulang tahun saya saat itu, hadiahnya sangat bermanfaat, kalau kamu masih ingat, saya pakai hadiah kamu hari ini,” ucap Adnan

Serena memerhatikan benda yang ada ditangan kanan Adnan dan benar saja ada jam tangan yang melingkar, jam tangan itu pemberian darinya dua tahun lalu.

“Lanjut ya, Serena, maaf tapi untuk perempuan seperti kamu, rasanya kurang pantas mengutarakan perasaanmu seperti itu, walaupun saya mengapresiasi keberanian kamu. Seharusnya saya yang mengutarakan itu, maaf saya ini lelaki yang pengecut, saya menyukai kamu sejak kamu menjadi mahasiswa baru, tapi saya tidak memiliki keberanian untuk menyatakan perasaan saya, tidak seperti kamu. Saya harap kamu mau untuk memaafkan saya dan mau menerima perasaan saya.”

“Ya? Gimana kak?” Setelah mendengar pernyataan dari Adnan, Serena sangat terkejut sampai tidak fokus pada pembicaraan Adnan

“Saya menyukai kamu, sejak kamu menjadi mahasiswa baru, maaf kalau saya telat menyatakan perasaan saya ini. Kamu mau kan jadi pacar saya?”

“Haaah? Ini saya lagi ditembak ya kak?”

“Kalau ditembak kamu mati dong Serena, jadi gimana?”

“Mau kak.”

Seberkas senyuman muncul diwajah Adnan dan Serena yang kini resmi menjadi sepasang kekasih.

— srnras

Serena sedang sibuk memilih pakaian yang akan ia gunakan untuk bertemu kakak tingkatnya itu, Adnan namanya. Ia terlihat kebingungan dihadapan cermin dengan beberapa pasang baju yang ia cocokan dibadannya.

“Padahal gue cuma mau ketemu kak Adnan tapi kok seheboh ini sih? Tiap di kampus juga ketemu perasaan,” rutuk Serena.

Akhirnya ia memilih kemeja hitam dan rok berwarna broken white, lalu rambutnya ia biarkan tergerai, tidak lupa mengenakan sling bag yang berwarna senada dengan roknya, kemudian ia menggunakan sneakers berwarna hitam, setelah dirasa penampilannya cukup bagus, ia segera menuju tempat pertemuannya dengan Adnan.


Sesampainya di bawah atap, serena sudah mendapati Adnan sedang terduduk disana, ia pun langsung menghampirinya.

“Sore kak, maaf telat tadi kejebak macet.”

“Gak apa-apa, duduk terus pesen aja dulu.”

Setelah duduk dan memesan makanan, Adnan memulai pembicaraannya.

“Maaf saya ajak kamu ketemu kaya gini, soalnya dipesan kamu saya nggak boleh mengutarakan apa yang ada dipikiran saya saat itu. Serena, terimakasih kamu sudah menyimpan perasaan untuk saya cukup lama, pasti sangat sulit untuk tetapi menyukai orang seperti saya, lalu saya juga berterimakasih kamu sudah mengirimkan hadiah di hari ulang tahun saya saat itu, hadiahnya sangat bermanfaat, kalau kamu masih ingat, saya pakai hadiah kamu hari ini,” ucap Adnan

Serena memerhatikan benda yang ada ditangan kanan Adnan dan benar saja ada jam tangan yang melingkar, jam tangan itu pemberian darinya dua tahun lalu.

“Lanjut ya, Serena, maaf tapi untuk perempuan seperti kamu, rasanya kurang pantas mengutarakan perasaanmu seperti itu, walaupun saya mengapresiasi keberanian kamu. Seharusnya saya yang mengutarakan itu, maaf saya ini lelaki yang pengecut, saya menyukai kamu sejak kamu menjadi mahasiswa baru, tapi saya tidak memiliki keberanian untuk menyatakan perasaan saya, tidak seperti kamu. Saya harap kamu mau untuk memaafkan saya dan mau menerima perasaan saya.”

“Ya? Gimana kak?” Setelah mendengar pernyataan dari Adnan, Serena sangat terkejut sampai tidak fokus pada pembicaraan Adnan

“Saya menyukai kamu, sejak kamu menjadi mahasiswa baru, maaf kalau saya telat menyatakan perasaan saya ini. Kamu mau kan jadi pacar saya?”

“Haaah? Ini saya lagi ditembak ya kak?”

“Kalau ditembak kamu mati dong Serena, jadi gimana?”

“Mau kak.”

Seberkas senyuman muncul diwajah Adnan dan Serena yang kini resmi menjadi sepasang kekasih.

— srnras

Serena sedang sibuk memilih pakaian yang akan ia gunakan untuk bertemu kakak tingkatnya itu, Adnan namanya. Ia terlihat kebingungan dihadapan cermin dengan beberapa pasang baju yang ia cocokan dibadannya.

“Padahal gue cuma mau ketemu kak Adnan tapi kok seheboh ini sih? Tiap di kampus juga ketemu perasaan,” rutuk Serena.

Akhirnya ia memilih kemeja hitam dan rok berwarna broken white, lalu rambutnya ia biarkan tergerai, tidak lupa mengenakan sling bag yang berwarna senada dengan roknya, kemudian ia menggunakan sneakers berwarna hitam, setelah dirasa penampilannya cukup bagus, ia segera menuju tempat pertemuannya dengan Adnan.

Sesampainya di bawah atap, serena sudah mendapati Adnan sedang terduduk disana, ia pun langsung menghampirinya.

“Sore kak, maaf telat tadi kejebak macet.”

“Gak apa-apa, duduk terus pesen aja dulu.”

Setelah duduk dan memesan makanan, Adnan memulai pembicaraannya.

“Maaf saya ajak kamu ketemu kaya gini, soalnya dipesan kamu saya nggak boleh mengutarakan apa yang ada dipikiran saya saat itu. Serena, terimakasih kamu sudah menyimpan perasaan untuk saya cukup lama, pasti sangat sulit untuk tetapi menyukai orang seperti saya, lalu saya juga berterimakasih kamu sudah mengirimkan hadiah di hari ulang tahun saya saat itu, hadiahnya sangat bermanfaat, kalau kamu masih ingat, saya pakai hadiah kamu hari ini,” ucap Adnan

Serena memerhatikan benda yang ada ditangan kanan Adnan dan benar saja ada jam tangan yang melingkar, jam tangan itu pemberian darinya dua tahun lalu.

“Lanjut ya, Serena, maaf tapi untuk perempuan seperti kamu, rasanya kurang pantas mengutarakan perasaanmu seperti itu, walaupun saya mengapresiasi keberanian kamu. Seharusnya saya yang mengutarakan itu, maaf saya ini lelaki yang pengecut, saya menyukai kamu sejak kamu menjadi mahasiswa baru, tapi saya tidak memiliki keberanian untuk menyatakan perasaan saya, tidak seperti kamu. Saya harap kamu mau untuk memaafkan saya dan mau menerima perasaan saya.”

“Ya? Gimana kak?” Setelah mendengar pernyataan dari Adnan, Serena sangat terkejut sampai tidak fokus pada pembicaraan Adnan

“Saya menyukai kamu, sejak kamu menjadi mahasiswa baru, maaf kalau saya telat menyatakan perasaan saya ini. Kamu mau kan jadi pacar saya?”

“Haaah? Ini saya lagi ditembak ya kak?”

“Kalau ditembak kamu mati dong Serena, jadi gimana?”

“Mau kak.”

Seberkas senyuman muncul diwajah Adnan dan Serena yang kini resmi menjadi sepasang kekasih.

— srnras

Sore ini setelah kelas berakhir, Adira memilih untuk mengerjakan tugas desainnya di coffee shop yang letaknya hanya bersebrangan dengan kampusnya, ia akan mengerjakan tugasnya sendirian karena ketiga temannya memiliki kesibukan lain.

Suasana di coffee shop sore ini sangat ramai, bahkan hanya ada tiga meja kosong yang tersisa, Adira memilih meja yang berada di pojok ruangan alasannya agar ia bisa fokus untuk mengerjakan desainnya, biasanya Adira lebih memilih meja yang letaknya berada di depan kaca besar, meja tersebut berhadapan langsung dengan jalan raya, bagi Adira sih seru melihat kendaraan yang berlalu lalang dengan menikmati segelas iced coffee favoritenya.


Danu tergesa-gesa memasuki coffee shop yang ada di sebrang kampusnya, karena ia harus mengecek semua laporan hasil rapat kemarin yang sudah dikirim oleh sekretarisnya, Danu merupakan ketua BEM fakultas Teknologi Informasi. Setelah memesan minuman yang ia sukai dan makanan untuk mengisi perutnya yang sedang keroncongan, Danu baru tersadar jika semua meja yang ada di ruangan tersebut sudah terisi oleh pengunjung lain, ia menghela nafas sambil memerhatikan sekitar ruangan, barangkali ada seseorang yang ia kenal, agar ia bisa numpang dimejanya.

Setelah memerhatikan ke seluruh penjuru ruangan, matanya menangkap sosok yang sedang sibuk dengan buku gambarnya, orang itu tak lain adalah Adira, gadis yang ia temui tempo hari karena kehilangan kunci mobilnya, Danu pun bergegas menghampiri gadis tersebut.

Sorry, Adira kan? Gue boleh numpang di sini nggak?” tanya Danu yang sedang berdiri di hadapan meja Adira dengan kedua tangan yang sibuk membawa pesanannya.

“Eh? Iya, lo yang tempo hari itu kan?” Adira terlihat kebingungan karena ia lupa dengan nama lelaki yang ada di hadapannya saat ini.

“Danu, gue Danu yang nemuin kunci mobil lo. Jadi gue boleh numpang di sini nggak? Semua meja penuh soalnya.”

“Oh iya, duduk aja.” Adira mempersilahkan Danu untuk duduk di kursi yang berada di hadapannya.

Sorry ya, lo bisa lanjut aja kok. Gue cuma mau ngecek laporan doang gak akan lama,” ucap Danu sambil menyimpan cup minuman dan piring makanannya.

“Okay santai aja.” Adira lanjut mengerjakan tugas desainnya, walaupun terkadang ia merasa terganggu dengan wajah Danu yang ada di hadapannya, tidak bisa dipungkiri bahwa Danu memiliki wajah yang tampan juga memiliki daya tarik tersendiri.


Setelah dua jam berlalu, Danu selesai mengecek semua laporan hasil rapat kemarin, ia langsung menutup laptopnya. Danu cukup terkaget karena begitu laptopnya tertutup, ada Adira yang sedang menenggelamkan wajahnya diantara kedua tangannya, Danu memerhatikan gadis itu ternyata ia sedang tertidur, perlahan ia membereskan laptopnya dan barang-barang yang ada dimejanya, lalu ia sibuk memandangi Adira sambil berkata dengan pelan “cantik juga, bisa-bisanya ketiduran lagi nugas begitu, hasil gambarnya jadi ada coretan gak jelas.” Lalu Danu membuka ponselnya dan melihat aplikasi chatting, ternyata banyak pesan masuk yang belum sempat ia balas.

10 menit berlalu Adira terbangun dari tidurnya, lalu melihat ke sekelilingnya dan tersadar bahwa ia masih berada di coffee shop.

“Mimpi apa Adira?” tanya Danu sambil terkekeh melihat muka Adira yang kebingungan.

“Gue ketiduran berapa lama?” Adira tak menjawab pertanyaan Danu dan malah balik bertanya.

“Nggak tahu deh, begitu gue selesai cek laporan dan tutup laptop, udah lihat lo tidur.”

“Kalau udah selesai kenapa lo nggak langsung pulang aja?”

“Ya kali gue ninggalin cewek yang ketiduran di coffee shop sendirian. Anyway tugas lo jadi banyak coretannya tuh.” Mata Danu tertuju pada sketchbook milik Adira yang terdapat banyak coretannya.

Mendengar Danu berbicara seperti itu, ia langsung melihat ke sketchbooknya dan benar sekali, banyak coretan tidak jelas di sana.

“Oh shit! Capek-capek gue mikirin desain ini dan kecoret gitu aja. Bodoh banget Adira,” umpat Adira setelah melakukan kecerobohannya.

“Hahahaha, udah mending beresin aja peralatan lo. Kelihatannya lo capek banget, kurang istirahat ya? Lo bawa mobil hari ini?” Danu tertawa melihat tingkah Adira, ternyata gadis yang cukup cuek dan jutek itu merupakan gadis yang cukup ceroboh juga.

“Loh gue baru inget gak bawa mobil juga.” Adira menepuk jidatnya, lagi-lagi ia ceroboh, sudah tidak membawa mobil, ia juga lupa mengabari orang rumah.

Lagi-lagi Danu terkekeh melihat kelakuan gadis yang ada di depannya itu, lucu.

“Rumah lo di mana? Gue anter aja ga apa-apa kok, kasian lo kecapekan gini.”

“Gak usah, nanti ngerepotin. Gak apa-apa gue bisa pake ojol kok,” tolak Adira.

“Ini udah malam loh Adira, gak baik cewek pulang malam sendirian. Gue antar aja ya?”

Adira terdiam mendengar ucapan Danu, ia juga berpikir bahwa rumahnya cukup jauh dari kampus, terlebih kalau sudah malam hari jalanan menuju rumahnya juga cukup sepi.

“Boleh deh, tapi serius lo mau anter gue? Rumah gue jauh loh.”

“Iya ayo gue antar, mau sejauh apapun gue antar asal nggak keluar kota aja.”

“Nggak sejauh itu kok, ya udah sebentar ya gue ke toilet dulu.”

“Okay.”

Setelah kembalinya Adira dari toilet, Danu sudah menunggunya di parkiran.

“Rumah lo ke arah atas atau bawah?”

“Ke atas, rumah gue di setiabudhi.”

“Kalau gitu nggak apa-apa kan ke kampus dulu? Soalnya tadi gue kesini jalan kaki, mobilnya sih di kampus.”

“Iya nggak apa-apa kok.”


“Oh iya lo ada nama panggilan nggak sih? Kayanya kepanjangan tiap kali gue manggil lo.”

“Lo bisa panggil gue Dira atau Ra juga nggak apa-apa, biasanya temen-temen gue juga panggil kaya gitu.”

“Okay Dira ya. Ngomong-ngomong lo semester berapa sekarang?”

“Gue tingkat akhir, soalnya fsrd kan diploma. Kalau lo gimana?”

“Ah iya, fsrd tuh diploma ya. Gue tahun ketiga sekarang.”

“Lagi sibuk dong ya?”

“Ya biasa lah, kebetulan aja gue ketua BEM periode ini, sibuknya sih untuk ajaran baru sebentar lagi. Kalau lo lagi sibuk ngapain?”

“Oh lo ketua BEM. Gue sih sibuk untuk tugas akhir, soalnya cukup ribet untuk anak fashion desain tugas akhirnya.”

“Oh ya? Emang apa tugas akhirnya?”

“Kita disuruh buat satu pakaian gitu untuk dipresentasikan, jadi nanti ada model yang meragain baju kita, ya semacam fashion show lah, mahasiswa fakultas dan jurusan lain juga bisa dateng kok.”

“Wah ribet juga ya, kalau ada waktu gue pengen deh dateng ke acaranya.”

Begitulah percakapan Adira dan Danuarta selama dalam perjalanan menuju rumah Adira.

Thankyou Danu, lo udah jauh-jauh anterin gue pulang,” ucap Adira sambil membuka seatbelt yang terpasang.

“Bukan apa-apa, cuma ke setiabudhi doang. Lagian gue juga nggak akan ngebiarin anak cewek pulang sendirian malem-malem gini.”

“Sekali lagi makasih, gue duluan ya. Lo hati-hati di jalan.” Adira bergegas keluar dari mobil Danu.

“Iyaa, bye Adira,” ucap Danu dari dalam mobil, lalu mobil Danu melaju meninggalkan Adira yang berdiri di depan gerbangnya.

“Adira.” Panggil Danu pada gadis yang tengah berdiri di dekat pintu gedung fakultas seni rupa dan desain.

“Eh hai, langsung aja yuk agak mendung nih ternyata.” Ucap Adira

“Ya udah ayo.” Balas Danu

Keduanya langsung berjalan menuju parkiran mobil.

Selama perjalanan mereka banyak berbincang seperti biasanya.

“Eh nu gue boleh puter lagu ga sih?” Tanya Adira

“Boleh dong, puter sendiri aja.” Jawab Danu

Adira menyalakan handphonenya, membuka playlist di aplikasi yang biasa ia gunakan.

“Loh lo suka lagu-lagunya Jeff Bernat?” Tanya Danu

“Iya! Suka banget malah ini playlist wajib kalau di mobil sih.” Seru Adira

“Gue juga suka sama lagu-lagunya, enak banget di denger.” Ucap Danu

“Setuju.” Balas Adira

“Oh iya how was your day, Adira?” Tanya Danu sambil melirik ke gadis di kursi penumpangnya

Great, sebenernya temen-temen gue pada kumpul sekarang, gue absen hehehe lagian mereka dadakan sih ngajaknya.” Jawab Adira

Sorry gara-gara pulang bareng gue, lo jadi gak ikutan kumpul.” Ucap Danu

“Santai kali Nu, gak pulang bareng lo juga gue tetep gak bisa ikut kumpul karena pesenan adek gue,” balas Adira “oh iya, how about you?” Tanya Adira

It was great, apa lagi sekarang gue bareng sama lo, bikin hari gue makin berwarna, gak ngampus dan rapat melulu.” Jawab Danu

Good, hahaha bisa aja lo.” Sahut Adira

Akhirnya mereka sampai di mall yang bernama PVJ (Paris Van Java)

“Lo nyari apa Nu?” Tanya Adira

“Gue cari sepatu nih, lo cari apa?” Balas Danu

“Gue juga cari sepatu, sekalian cari tas sih.” Ucap Adira

“Ya udah cari barangnya dulu abis itu kita makan ya.” Ujar Danu

“Okay deh siap.” Balas Adira


Selesai dengan kegiatannya di mall, Danu langsung mengantar Adira pulang ke rumahnya.

“Jadi rumah lo dimana?” Tanya Danu

“Di setiabudhi, jauh ya?” Jawab Adira

“Masih deket itu, setiabudhi regency?” Balas Danu

“Iya, kok lo tau?” Tanya Adira

“Nebak doang sih, eh taunya bener.” Jawab Danu

20 menit kemudian mereka sampai di depan rumah Adira.

“Gue turun ya Nu, makasih udah mau temenin gue hari ini, lo jadi pulang telat deh.” Ucap Adira

“Santai aja Ra, makasih juga udah mau jalan sama gue.” Balas Danu

“Haha apaan sih, ya udah gue keluar ya. Lo baliknya hati-hati, jangan ngebut!” Ucap Adira sambil keluar dari mobil Danu.

“Iya siap, nanti gue kabarin kalau udah sampe rumah.” Ujar Danu

“Okay, bye.” Ucap Adira sambil melambaikan tangannya

Bye.” Balas Danu

Adira masih memperhatikan mobil Danu sampai menghilang dari pandangannya, baru ia bergegas masuk ke dalam rumahnya.

“Adira.” Panggil Danu pada gadis yang tengah berdiri di dekat pintu gedung fakultas seni rupa dan desain.

“Eh hai, langsung aja yuk agak mendung nih ternyata.” Ucap Adira

“Ya udah ayo.” Balas Danu

Keduanya langsung berjalan menuju parkiran mobil.

Selama perjalanan mereka banyak berbincang seperti biasanya.

“Eh nu gue boleh puter lagu ga sih?” Tanya Adira

“Boleh dong, puter sendiri aja.” Jawab Danu

Adira menyalakan handphonenya, membuka playlist di aplikasi yang biasa ia gunakan.

“Loh lo suka lagu-lagunya Jeff Bernat?” Tanya Danu

“Iya! Suka banget malah ini playlist wajib kalau di mobil sih.” Seru Adira

“Gue juga suka sama lagu-lagunya, enak banget di denger.” Ucap Danu

“Setuju.” Balas Adira

“Oh iya how was your day, Adira?” Tanya Danu sambil melirik ke gadis di kursi penumpangnya

Great, sebenernya temen-temen gue pada kumpul sekarang, gue absen hehehe lagian mereka dadakan sih ngajaknya.” Jawab Adira

Sorry gara-gara pulang bareng gue, lo jadi gak ikutan kumpul.” Ucap Danu

“Santai kali Nu, gak pulang bareng lo juga gue tetep gak bisa ikut kumpul karena pesenan adek gue,” balas Adira “oh iya, how about you?” Tanya Adira

It was great, apa lagi sekarang gue bareng sama lo, bikin hari gue makin berwarna, gak ngampus dan rapat melulu.” Jawab Danu

Good, hahaha bisa aja lo.” Sahut Adira

Akhirnya mereka sampai di mall yang bernama PVJ (Paris Van Java)

“Lo nyari apa Nu?” Tanya Adira

“Gue cari sepatu nih, lo cari apa?” Balas Danu

“Gue juga cari sepatu, sekalian cari tas sih.” Ucap Adira

“Ya udah cari barangnya dulu abis itu kita makan ya.” Ujar Danu

“Okay deh siap.” Balas Adira


Selesai dengan kegiatannya di mall, Danu langsung mengantar Adira pulang ke rumahnya.

“Jadi rumah lo dimana?” Tanya Danu

“Di setiabudhi, jauh ya?” Jawab Adira

“Masih deket itu, setiabudhi regency?” Balas Danu

“Iya, kok lo tau?” Tanya Adira

“Nebak doang sih, eh taunya bener.” Jawab Danu

20 menit kemudian mereka sampai di depan rumah Adira.

“Gue turun ya Nu, makasih udah mau temenin gue hari ini, lo jadi pulang telat deh.” Ucap Adira

“Santai aja Ra, makasih juga udah mau jalan sama gue.” Balas Danu

“Haha apaan sih, ya udah gue keluar ya. Lo baliknya hati-hati, jangan ngebut!” Ucap Adira sambil keluar dari mobil Danu.

“Iya siap, nanti gue kabarin kalau udah sampe rumah.” Ujar Danu

“Okay, bye.” Ucap Adira sambil melambaikan tangannya

Bye.” Balas Danu

Adira masih memperhatikan mobil Danu sampai menghilang dari pandangannya, baru ia bergegas masuk ke dalam rumahnya.

Setelah melihat balasan dari Adira, Danu langsung bergegas menuju parkiran dan mencari letak mobil Adira.

tok tok tok

Danu mengetuk kaca mobil Adira, lalu Adira menurunkan kaca jendelanya.

“Lo yang nyetir ya Nu, sini muter.” Ucap Adira

“Boleh-boleh.” Balas Danu

Akhirnya Danu menghampiri pintu pengemudi dan Dira sudah berpindah ke kursi penumpang.

“Jadinya mau makan di mana?” Tanya Danu

“Ke selasar sunaryo aja yuk Nu, lo tau kan jalannya?” Ucap Adira

“Okay aman selasar sunaryo.” Jawab Danu

Selama di perjalanan mereka banyak ngobrol soal kesibukan di kampus.


“Mau makan apa Ra?” Tanya Danu sambil melihat-lihat menu.

“Gue lagi pengen pasta sih, carbonara boleh tuh, minumnya lemon tea aja Nu.”

“Okay, mas fettuccine carbonaranya satu, spaghetti aglio e olionya satu, iced americano satu, * iced lemon teanya* satu, paket snacknya satu ya mas.” Ucap Danu pada sang pelayan

“Baik, ditunggu sekitar 20 menit untuk pesanannya ya kak, terimakasih.” Ucap sang pelayan

“Oh iya gue denger-denger katanya lo ketua BEM?” Tanya Adira

“Iya, BEM fakultas sih. Oh iya lo bentar lagi lulus dong ya? Soalnya kan D3.” Balas Danu

“Wih keren nih produktif banget lo. Iya gue lagi sibuk persiapan tugas akhir nih.” Jawab Adira

“Anak fashion tugasnya ngapain Ra?” Tanya Danu

“Kita harus buat karya gitu, pakaian jelas sih, terus nanti hasilnya bakalan di nilai ala-ala fashion show gitu.” Jawab Adira

“Wah ribet sih pasti, persiapannya juga pasti lama, soalnya lo harus belanja kain juga kan ya?” Kata Danu

“Iya bener, gue aja sejauh ini baru mikirin desain bajunya kaya apa, belum buat pola bajunya, belanja kainnya aja belum.” Tutur Adira

“Gila, keren banget ya nanti kalau presentasinya harus kaya fashion show.” Ucap Danu

“Iya dan acaranya terbuka untuk umum loh, dari fakultas mana pun bisa nonton.” Ucap Dira

Tak lama pesanan mereka datang, sambil makan mereka masih tetap ngobrol-ngobrol ringan soal perkuliahan Adira karena bagi Danu itu sangat menarik.

“Langsung ke kampus nih nu?” Tanya Adira

“Iya Ra, gue ada rapat rutin soalnya.” Jawab Danu

“Okay deh siap, lo yang nyetir ya hehe.” Ucap Adira

“Iyaa santai aja sih, nanti drop di starbucks aja ya gue, soalnya anak-anak pada nitip.” Ucap Danu

“Okay, sekalian juga gue mau beliin buat adek.” Balas Adira

Akhirnya acara makan siang mereka selesai, Danu kembali ke kampus untuk rapat rutin anak BEM dan Adira yang langsung pulang, karena adiknya sudah bawel memintanya untuk segera pulang.

Setelah melihat balasan dari Adira, Danu langsung bergegas menuju parkiran dan mencari letak mobil Adira.

tok tok tok

Danu mengetuk kaca mobil Adira, lalu Adira menurunkan kaca jendelanya.

“Lo yang nyetir ya Nu, sini muter.” Ucap Adira

“Boleh-boleh.” Balas Danu

Akhirnya Danu menghampiri pintu pengemudi dan Dira sudah berpindah ke kursi penumpang.

“Jadinya mau makan di mana?” Tanya Danu

“Ke selasar sunaryo aja yuk Nu, lo tau kan jalannya?” Ucap Adira

“Okay aman selasar sunaryo.” Jawab Danu

Selama di perjalanan mereka banyak ngobrol soal kesibukan di kampus.


“Mau makan apa Ra?” Tanya Danu sambil melihat-lihat menu.

“Gue lagi pengen pasta sih, carbonara boleh tuh, minumnya lemon tea aja Nu.”

“Okay, mas fettuccine carbonaranya satu, spaghetti aglio e olionya satu, iced americano satu, * iced lemon teanya* satu, paket snacknya satu ya mas.” Ucap Danu pada sang pelayan

“Baik, ditunggu sekitar 20 menit untuk pesanannya ya kak, terimakasih.” Ucap sang pelayan

“Oh iya gue denger-denger katanya lo ketua BEM?” Tanya Adira

“Iya, BEM fakultas sih. Oh iya lo bentar lagi lulus dong ya? Soalnya kan D3.” Balas Danu

“Wih keren nih produktif banget lo. Iya gue lagi sibuk persiapan tugas akhir nih.” Jawab Adira

“Anak fashion tugasnya ngapain Ra?” Tanya Danu

“Kita harus buat karya gitu, pakaian jelas sih, terus nanti hasilnya bakalan di nilai ala-ala fashion show gitu.” Jawab Adira

“Wah ribet sih pasti, persiapannya juga pasti lama, soalnya lo harus belanja kain juga kan ya?” Kata Danu

“Iya bener, gue aja sejauh ini baru mikirin desain bajunya kaya apa, belum buat pola bajunya, belanja kainnya aja belum.” Tutur Adira

“Gila, keren banget ya nanti kalau presentasinya harus kaya fashion show.” Ucap Danu

“Iya dan acaranya terbuka untuk umum loh, dari fakultas mana pun bisa nonton.” Ucap Dira

Tak lama pesanan mereka datang, sambil makan mereka masih tetap ngobrol-ngobrol ringan soal perkuliahan Adira karena bagi Danu itu sangat menarik.

“Langsung ke kampus nih nu?” Tanya Adira

“Iya Ra, gue ada rapat rutin soalnya.” Jawab Danu

“Okay deh siap, lo yang nyetir ya hehe.” Ucap Adira

“Iyaa santai aja sih, nanti drop di starbucks aja ya gue, soalnya anak-anak pada nitip.” Ucap Danu

“Okay, sekalian juga gue mau beliin buat adek.” Balas Adira

Akhirnya acara makan siang mereka selesai, Danu kembali ke kampus untuk rapat rutin anak BEM dan Adira yang langsung pulang, karena adiknya sudah bawel memintanya untuk segera pulang.

Setelah melihat balasan dari Adira, Danu langsung bergegas menuju parkiran dan mencari letak mobil Adira.

tok tok tok

Danu mengetuk kaca mobil Adira, lalu Adira menurunkan kaca jendelanya.

“Lo yang nyetir ya Nu, sini muter.” Ucap Adira

“Boleh-boleh.” Balas Danu

Akhirnya Danu menghampiri pintu pengemudi dan Dira sudah berpindah ke kursi penumpang.

“Jadinya mau makan di mana?” Tanya Danu

“Ke selasar sunaryo aja yuk Nu, lo tau kan jalannya?” Ucap Adira

“Okay aman selasar sunaryo.” Jawab Danu

Selama di perjalanan mereka banyak ngobrol soal kesibukan di kampus.


“Mau makan apa Ra?” Tanya Danu sambil melihat-lihat menu.

“Gue lagi pengen pasta sih, carbonara boleh tuh, minumnya lemon tea aja Nu.”

“Okay, mas fettuccine carbonaranya satu, spaghetti aglio e olionya satu, iced americano satu, lemon teanya* satu, paket snacknya satu ya mas.” Ucap Danu pada sang pelayan

“Baik, ditunggu sekitar 20 menit untuk pesanannya ya kak, terimakasih.” Ucap sang pelayan

“Oh iya gue denger-denger katanya lo ketua BEM?” Tanya Adira

“Iya, BEM fakultas sih. Oh iya lo bentar lagi lulus dong ya? Soalnya kan D3.” Balas Danu

“Wih keren nih produktif banget lo. Iya gue lagi sibuk persiapan tugas akhir nih.” Jawab Adira

“Anak fashion tugasnya ngapain Ra?” Tanya Danu

“Kita harus buat karya gitu, pakaian jelas sih, terus nanti hasilnya bakalan di nilai ala-ala fashion show gitu.” Jawab Adira

“Wah ribet sih pasti, persiapannya juga pasti lama, soalnya lo harus belanja kain juga kan ya?” Kata Danu

“Iya bener, gue aja sejauh ini baru mikirin desain bajunya kaya apa, belum buat pola bajunya, belanja kainnya aja belum.” Tutur Adira

“Gila, keren banget ya nanti kalau presentasinya harus kaya fashion show.” Ucap Danu

“Iya dan acaranya terbuka untuk umum loh, dari fakultas mana pun bisa nonton.” Ucap Dira

Tak lama pesanan mereka datang, sambil makan mereka masih tetap ngobrol-ngobrol ringan soal perkuliahan Adira karena bagi Danu itu sangat menarik.

“Langsung ke kampus nih nu?” Tanya Adira

“Iya Ra, gue ada rapat rutin soalnya.” Jawab Danu

“Okay deh siap, lo yang nyetir ya hehe.” Ucap Adira

“Iyaa santai aja sih, nanti drop di starbucks aja ya gue, soalnya anak-anak pada nitip.” Ucap Danu

“Okay, sekalian juga gue mau beliin buat adek.” Balas Adira

Akhirnya acara makan siang mereka selesai, Danu kembali ke kampus untuk rapat rutin anak BEM dan Adira yang langsung pulang, karena adiknya sudah bawel memintanya untuk segera pulang.