Srnras

“Udah pada pesen belum nih?” Tanya Nadine pada temannya yang lain, iya Nadine, Jina, Adira dan Jean telat datang ke Kalis Coffee.

“Belum, lagian kita juga baru nyampe beberapa menit lalu.” Jawab Juan

“Ya udah pada pesen aja, gue kan telat, biar gue yang bayar.” Ucap Adira

“Dih lo mah suka gitu Ra, kan gue jadi enak.” Sahut Dery

“Gas lah bang mumpung kakak gue lagi baik.” Timpal Jean

Akhirnya mereka memesan minuman dan makanannya, mereka juga memilih tempat yang tidak terlalu banyak orang, kalau kata Dery sih “Biar kalau mau ngebacot kagak ada yang protes.”


“Woy barudak.” Sapa Jefrian kepada teman-temannya yang sudah datang terlebih dahulu.

“Lo ga usah teriak gitu dong Jep, malu-maluin aja.” Cibir Tian

“Protes mulu lo, ih si Danu mana dah?” Tanya Jefrian

“Belum dateng dia, kejebak macet kali.” Jawab Jonathan.

“Eh gue ada ide.” Ucap Yudha

“Apaan tuh?” Sahut Jefrian

“Si Danu kan telat tuh, yang telat suruh bayarin dah, kalian pesen yang mahal-mahal aja, biar si Danu bangkrut.” Ucap Yudha

“Ih goblok maneh teh, kasian si Danu. Tapi boleh juga sih hehehe” Sahut Jefrian

“Gue sih ayo aja, kapan lagi ngerjain si Danu, sekalian lah traktiran dia baru jadi ketua BEM.” Timpal Tian

“Gas lah gue juga ngikut.” Sambung Jonathan

Tidak lama dari obrolan soal rencana menjahili Danu, Danu pun tiba.

Sorry telat, kejebak macet gue.” Ucap Danu

“Santai aja Nu, pesen dah sana tinggal lo doang yang belum pesen.” Sahut Jefrian

Mendengar ucapan Jefri, Danu langsung memesan minuman dan cemilan untuk dinikmati bersama, karena agenda mereka malam ini nongkrong sekaligus membahas proker.


“Gue ke toilet bentar ya.” Ucap Adira

“Eh ikut dong Ra, gue juga kebelet nih.” Sahut Nadine

“Kenapa ya cewek kalau ke toilet tuh mesti barengan?” Tanya Dery

“Ya emang kenapa sih sirik amat lo.” Sungut Nadine

“Lagian lo ga guna banget nanyanya Der.” Ucap Malvin

“Ya gue kan cuma kepo doang, sensi amat dah kaya masker.” Tukas Dery

Nadine dan Adira tidak mempedulikan jawaban Dery dan langsung bergegas ke toilet.

Setelah selesai, mereka berpapasan dengan seorang laki-laki yang tidak sengaja menabrak bahu Nadine.

“Eh sorry, ga sengaja.” Ucap Danu, ya laki-laki yang menabrak bahu Nadine adalah Danu.

“Eh iya ga apa-apa, santai aja.” Jawab Nadine

Adira merasa familiar dengan suara laki-laki itu, yang tadinya ia sedang sibuk dengan ponselnya, akhirnya mengalihkan pandangannya.

“Loh Adira?” Ucap Danu.

“Eh Danu, pantes kaya ga asing sama suaranya.” Jawab Adira.

“Lo lagi nongkrong di sini juga?” Tanya Danu.

“Iya nih sama temen-temen yang lain.” Jawab Adira.

“Oh gitu, have fun Ra. Gue duluan ya.” Ucap Danu.

“Oh.. Eh iya.” Sahut Adira.

“Itu beneran Danu yang anak tekim Ra? Tanya Nadine

“Iya, kenapa dah?” Balas Adira

“Aneh aja, biasanya dia dingin banget anjir, lah kok ini kagak ya?” Ucap Nadine

“Udah gue bilang Danu tuh baik, dingin apaan coba, es batu kali dingin.” Ujar Adira.

“Aneh banget, dah ah ayo Ra.” Ucap Nadine.

Akhirnya mereka kembali ke tempat kumpul mereka.


“Akhirnya kelar juga pembahasan proker ini, oh iya bentar lagi juga penerimaan mahasiswa baru ya?” Ucap Tian.

“Yoi, banyak degem dah ntar.” Sahut Yudha

“Lo yang dipikirin degem mulu dah, pikirin noh kepanitiaan.” Ujar Jefrian

“Ada benernya si Jepri, kita harus nyiapin kepanitiaan buat ospek nanti.” Balas Danu

“Ya udah nanti disambung pas rapat rutin aja, sekarang juga udah malem banget ini, gas kita balik.” Ucap Jonathan.

“Semua yang bayar Danu ya.” Ucap Jefrian

“Dih apaan jadi gue?” Tukas Danu

“Soalnya lo telat datengnya Nu, yang telat mesti traktir hahahaha.” Jawab Tian

“Iya Nu, itung-itung lo traktir setelah jadi ketua BEM.” Timpal Yudha

“Anjir ada-ada aja, ya udah.” Ucap Danu

Akhirnya mereka semua pulang dengan perut kenyang dan uang yang tidak berkurang sepeser pun.

“Udah pada pesen belum nih?” Tanya Nadine pada temannya yang lain, iya Nadine, Jina, Adira dan Jean telat datang ke Kalis Coffee.

“Belum, lagian kita juga baru nyampe beberapa menit lalu.” Jawab Juan

“Ya udah pada pesen aja, gue kan telat, biar gue yang bayar.” Ucap Adira

“Dih lo mah suka gitu Ra, kan gue jadi enak.” Sahut Dery

“Gas lah bang mumpung kakak gue lagi baik.” Timpal Jean

Akhirnya mereka memesan minuman dan makanannya, mereka juga memilih tempat yang tidak terlalu banyak orang, kalau kata Dery sih “Biar kalau mau ngebacot kagak ada yang protes.”


“Woy barudak.” Sapa Jefrian kepada teman-temannya yang sudah datang terlebih dahulu.

“Lo ga usah teriak gitu dong Jep, malu-maluin aja.” Cibir Tian

“Protes mulu lo, ih si Danu mana dah?” Tanya Jefrian

“Belum dateng dia, kejebak macet kali.” Jawab Jonathan.

“Eh gue ada ide.” Ucap Yudha

“Apaan tuh?” Sahut Jefrian

“Si Danu kan telat tuh, yang telat suruh bayarin dah, kalian pesen yang mahal-mahal aja, biar si Danu bangkrut.” Ucap Yudha

“Ih goblok maneh teh, kasian si Danu. Tapi boleh juga sih hehehe” Sahut Jefrian

“Gue sih ayo aja, kapan lagi ngerjain si Danu, sekalian lah traktiran dia baru jadi ketua BEM.” Timpal Tian

“Gas lah gue juga ngikut.” Sambung Jonathan

Tidak lama dari obrolan soal rencana menjahili Danu, Danu pun tiba.

Sorry telat, kejebak macet gue.” Ucap Danu

“Santai aja Nu, pesen dah sana tinggal lo doang yang belum pesen.” Sahut Jefrian

Mendengar ucapan Jefri, Danu langsung memesan minuman dan cemilan untuk dinikmati bersama, karena agenda mereka malam ini nongkrong sekaligus membahas proker.


“Gue ke toilet bentar ya.” Ucap Adira

“Eh ikut dong Ra, gue juga kebelet nih.” Sahut Nadine

“Kenapa ya cewek kalau ke toilet tuh mesti barengan?” Tanya Dery

“Ya emang kenapa sih sirik amat lo.” Sungut Nadine

“Lagian lo ga guna banget nanyanya Der.” Ucap Malvin

“Ya gue kan cuma kepo doang, sensi amat dah kaya masker.” Tukas Dery

Nadine dan Adira tidak mempedulikan jawaban Dery dan langsung bergegas ke toilet.

Setelah selesai, mereka berpapasan dengan seorang laki-laki yang tidak sengaja menabrak bahu Nadine.

“Eh sorry, ga sengaja.” Ucap Danu, ya laki-laki yang menabrak bahu Nadine adalah Danu.

“Eh iya ga apa-apa, santai aja.” Jawab Nadine

Adira merasa familiar dengan suara laki-laki itu, yang tadinya ia sedang sibuk dengan ponselnya, akhirnya mengalihkan pandangannya.

“Loh Adira?” Ucap Danu.

“Eh Danu, pantes kaya ga asing sama suaranya.” Jawab Adira.

“Lo lagi nongkrong di sini juga?” Tanya Danu.

“Iya nih sama temen-temen yang lain.” Jawab Adira.

“Oh gitu, have fun Ra. Gue duluan ya.” Ucap Danu.

“Oh.. Eh iya.” Sahut Adira.

“Itu beneran Danu yang anak tekim Ra? Tanya Nadine

“Iya, kenapa dah?” Balas Adira

“Aneh aja, biasanya dia dingin banget anjir, lah kok ini kagak ya?” Ucap Nadine

“Udah gue bilang Danu tuh baik, dingin apaan coba, es batu kali dingin.” Ujar Adira.

“Aneh banget, dah ah ayo Ra.” Ucap Nadine.

Akhirnya mereka kembali ke tempat kumpul mereka.


“Akhirnya kelar juga pembahasan proker ini, oh iya bentar lagi juga penerimaan mahasiswa baru ya?” Ucap Tian.

“Yoi, banyak degem dah ntar.” Sahut Yudha

“Lo yang dipikirin degem mulu dah, pikirin noh kepanitiaan.” Ujar Jefrian

“Ada benernya si Jepri, kita harus nyiapin kepanitiaan buat ospek nanti.” Balas Danu

“Ya udah nanti disambung pas rapat rutin aja, sekarang juga udah malem banget ini, gas kita balik.” Ucap Jonathan.

“Semua yang bayar Danu ya.” Ucap Jefrian

“Dih apaan jadi gue?” Tukas Danu

“Soalnya lo telat datengnya Nu, yang telat mesti traktir hahahaha.” Jawab Tian

“Iya Nu, itung-itung lo traktir setelah jadi ketua BEM.” Timpal Yudha

“Anjir ada-ada aja, ya udah.” Ucap Danu

Akhirnya mereka semua pulang dengan perut kenyang dan uang yang tidak berkurang sepeser pun.

— Starbucks

Hari ini Danu kembali ke starbucks yang terletak di depan kampusnya, dia masih penasaran dengan gadis yang ia lihat sebelumnya, dia juga berpikir kalau hari ini bertemu dengan gadis itu, ia akan mengajaknya berkenalan dan memintan nomor hpnya.

“Selamat sore, bisa dibantu untuk pesanannya kak?” Ucap barista tersebut.

Iced americano tall satu, vanilla frappuccino grandenya satu, signature chocolate grandenya satu, matcha latte frappuccino grandenya juga satu, terakhir caramel macchiato extra 2 shots espresso grandenya satu, oh iya untuk vanilla frappuccinonya extra caramel sauce ya kak.” Ucap Danu.

“Baik kak, ada tambahan lain?”

“Itu aja.”

“Pembayarannya cash atau debit kak?”

“Pake starbucks card aja kak.” Ucap Danu sambil memberikan kartu starbucksnya.

Selagi melakukan transaksi, pintu masuk terbuka dan menampilkan seorang gadis. Gadis itu adalah gadis yang Danu lihat beberapa hari yang lalu, gadis itu pun mengantri di sebelah Danu. Melihat gadis itu, jantung Danu berpacu dengan cepat.

“Permisi kak, ini kartunya. Untuk pesanannya mohon ditunggu ya kak.” Ucapan barista tersebut membuyarkan lamunan Danu.


Danu berjalan ke meja panjang dan duduk di sana sambil menunggu pesanannya sambil memainkan ponsel miliknya, tak lama ada yang duduk di depannya ternyata gadis itu, tanpa pikir panjang Danu langsung mengajak gadis itu berkenalan.

“Ehem, sorry gue lancang. Tapi boleh ga gue tau nama lo?” Ucap Danu pada sang gadis.

“Eh? Iya boleh, gue Adira. Lo?” Jawab sang gadis

“Kenalin, nama gue Danuarta. Sorry lancang lagi, tapi boleh minta nomor hp lo?”

“Eh iya boleh.”

Akhirnya gadis itu, menuliskan nomor hpnya di ponsel Danu.

“Makasih ya. Lo kuliah di depan juga?”

“Iya, iya gue ngampus di situ.”

“Oh, jurusan apa?”

“Gue fashion desain, kalau lo?”

“Gue teknik informatika.”

“Loh anak fakultas sebelah ternyata.”

“Iya hehe”

“Atas nama kak Danu” “Atas nama kak Adira”

Panggilan dari barista itu membuat Danu dan Adira terhenyak, lalu mereka sama-sama mengambil pesanan masing-masing.

“Eh gue duluan ya.” Ucap Adira, sekarang mereka sedang di parkiran.

“Eh iya, hati-hati.”

“Okay, lo balik ke kampus?” Tanya Adira

“Iya nih, gue ada rapat.”

“Oalah okay see you, Danu.”

See you.”

Adira memasuki mobilnya, sedangkan Danu masih memperhatikan Adira sampai terdengar suara klakson.

“Duluan ya” ucap Adira

“Yooo” Jawab Danu

Akhirnya mobil itu menghilang dari pandangan Danu, ia pun bergegas kembali ke kampus karena rapat sudah mau dimulai.

—Sirkuit

Jean dan Dira sudah sampai di sirkuit, suasananya sudah mulai ramai karena terlihat beberapa orang memenuhi arena dan juga kursi penonton, malam ini ada tiga pasangan yang akan bertanding dan Adira adalah peserta terakhir yang akan bertanding malam ini.

“Kak jangan disini yuk, pindah dulu ke markasnya bang Jaren.” Ucap Jean sambil menarik tangan kakaknya, agar segera meninggalkan area parkir karena takut ada orang yang menyadari keberadaan Adira.

“Iya tapi lo ga usah narik-narik juga kali, lo kata gue kambing apa? Bentar gue taro helm dulu.” Adira mengatakannya sambil membuka pengait helmnya.

“Eh bentar dulu kak, jangan di buka anjir tar lo ketauan, gimana sih?” Omel Jean, apa yang dikatakan Jean benar, kalau sampai Adira membuka helmnya, orang-orang pasti curiga mengapa ada Adira malam ini, karena Adira itu sudah lama tidak turun atau sekedar nonton adiknya bertanding.

“Ya anjir ribet amat dah, terus kenapa kita mesti ke markasnya Jaren?”

“Bang Jaren yang nyuruh, lagian disana juga ga ada orang cuma temen-temen gue doang, ntar gue bakalan nunggu di markas, lo turun bakalan ditemenin sama Hadi, Janu terus Ravin.”

“Anjir sumpah ribet banget dah, lo nih ya kalau ngisengin tuh ga gini juga kali dek. Pusing gue liat kelakuan lo.” Omel Dira sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, ia sudah sangat pusing dengan kelakuan adiknya ini, bandel sekali ya walaupun Adira juga dulunya seperti itu.

“Ya elah gitu doang lo pusing, lagian udah lama juga kan lo ga turun?”

“Ya iya sih, tapi gue pengen turun tuh as Adira Kinta gitu loh bukan malah jadi Jean anjir.”

“Kali ini doang sih elah, tapi aman kan kak kalau lo turun? Udah ga akan keinget lagi kan?” Tanya Jean khawatir.

“Udah lo santai aja lah, gue jamin ga akan ngabisin waktu lama buat menang malam ini. Gue juga kayanya udah biasa aja ga akan inget soal itu.”

“NAH GITU DONG, INI BARU KAKAK GUE.” Seru Jean.


“OKAY KALIAN BERDUA READY YA, GUYS SEKARANG SEBELAH KANAN GUE ADA JEAN DAN SEBELAH KIRI GUE ADA FERO, DALAM HITUNGAN KETIGA BEGITU GUE ANGKAT BENDERA INI TANDANYA START, SATU.. DUA.. TIGA, GO.” Teriak Lucas yang menjadi pemandu balap malam ini.

Saat ini posisi Fero masih di depan Dira, namun jarak mereka tidak terlalu jauh. Mereka sama-sama berkendara dengan kecepatan maksimal.

Pertandingan kali ini cukup menegangkan, pasalnya saat ini Fero dan Adira saling menyusul, mereka baru menjalankan setengah putaran sirkuit, namun posisi mereka terus menerus saling menyusul, hingga tak lama Adira menyusul Fero dan menjadikannya di posisi depan, garis finish pun sudah mulai terlihat, Adira menambahkan kecepatan motor yang digunakannya.

“OKAY GUYS FINISH, PERTANDINGAN MALAM INI DIMENANGKAN OLEH JEAN DENGAN HADIAH YANG SUDAH KITA SEDIAKAN, TOTAL HADIAH YANG DISERAHKAN SEBESAR SEPULUH JUTA.” Ucap Lucas

Congrats bro, lo keren banget malam ini.” Ucap Lucas

Adira hanya mengangguk saat Lucas berkata seperti itu, karena kalau sampai berbicara ia akan ketahuan.

Congrats Je, lo keren! Baru kali ini gue kalah sama anak sekolahan. Tapi gue mau kita tanding lagi minggu depan, biar saat itu gue yang bakalan kalahin lo.” Ucap Fero

“Woy Je, sini.” Panggil Jaren.

Adira pun menoleh saat mendengar teriakan dari Jaren, dalam hatinya “untung dia manggil, kalau ga gue bingung mau jawabnya.”

“Eh bro, gue sama Jean duluan ya. Lo kalau emang mau ajak tanding Jean lagi minggu depan boleh lah, tapi lo yang daftar ya, kita sih tunggu info aja.” Ucap Jaren pada Fero.

Jaren langsung membawa Adira ke markasnya, agar tidak banyak orang yang menghampirinya.


“Wah gila kak, lo keren sih bisa menang dari bang Fero itu. Thanks yaa kak hehehehe” Ucap Jean

“Berisik lo, nanti ga ada lagi ya kaya beginian. Untung menang, tuh ambil sono hadiahnya.”

“Lah emang ga lo ambil tadi?”

“Kagak ah males cuma dikit.”

“Ya iya sih, tapi kan lumayan buat jajan.”

“Ya udah sana buru ambil, traktir deh tuh para krucil temen lo itu, asal jangan dipake minum aja.”

“Emang kak Dira terbaik banget dah hehehe.” Ucap Hadi

“Giliran traktir aja lo paling depan anjir.” Ucap Janu

“Tau anjir, temen siapa sih dia, malu-maluin banget.” Ucap Ravin

“Ya elah, gue juga inget kok tahun depan baru boleh minum.” Ucap Jean pada Adira

“Ya udah buru ambil duitnya abis itu kita balik.”

“Oke siap bu.”

“Ra.” Sapa Jaren

“Ya?”

Congrats ya, lo hebat bisa kalahin Fero, walaupun udah lama ga turun.” Ucap Jaren pada Adira, mereka masih ada di basecampnya Jaren.

“Makasih, makasih juga lo udah sediain tempat buat Jean sama temen-temennya.”

“Bukan apa-apa Ra.”

Obrolan Jaren dan Adira pun terhenti ketika Janu berteriak di dekat pintu.

“Woy ayo balik, nih duitnya udah gue ambil.” Seru Janu

Setelah mengambil uang kemenangan yang di wakilkan oleh Janu, Jean dan Adira langsung kembali ke rumahnya, begitupun teman-teman Jean yang lain.

—Sirkuit

Jean dan Dira sudah sampai di sirkuit, suasananya sudah mulai ramai karena terlihat beberapa orang memenuhi arena dan juga kursi penonton, malam ini ada tiga pasangan yang akan bertanding dan Adira adalah peserta terakhir yang akan bertanding malam ini.

“Kak jangan disini yuk, pindah dulu ke markasnya bang Jaren.” Ucap Jean sambil menarik tangan kakaknya, agar segera meninggalkan area parkir karena takut ada orang yang menyadari keberadaan Adira.

“Iya tapi lo ga usah narik-narik juga kali, lo kata gue kambing apa? Bentar gue taro helm dulu.” Adira mengatakannya sambil membuka pengait helmnya.

“Eh bentar dulu kak, jangan di buka anjir tar lo ketauan, gimana sih?” Omel Jean, apa yang dikatakan Jean benar, kalau sampai Adira membuka helmnya, orang-orang pasti curiga mengapa ada Adira malam ini, karena Adira itu sudah lama tidak turun atau sekedar nonton adiknya bertanding.

“Ya anjir ribet amat dah, terus kenapa kita mesti ke markasnya Jaren?”

“Bang Jaren yang nyuruh, lagian disana juga ga ada orang cuma temen-temen gue doang, ntar gue bakalan nunggu di markas, lo turun bakalan ditemenin sama Hadi, Janu terus Ravin.”

“Anjir sumpah ribet banget dah, lo nih ya kalau ngisengin tuh ga gini juga kali dek. Pusing gue liat kelakuan lo.” Omel Dira sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, ia sudah sangat pusing dengan kelakuan adiknya ini, bandel sekali ya walaupun Adira juga dulunya seperti itu.

“Ya elah gitu doang lo pusing, lagian udah lama juga kan lo ga turun?”

“Ya iya sih, tapi gue pengen turun tuh as Adira Kinta gitu loh bukan malah jadi Jean anjir.”

“Kali ini doang sih elah, tapi aman kan kak kalau lo turun? Udah ga akan keinget lagi kan?” Tanya Jean khawatir.

“Udah lo santai aja lah, gue jamin ga akan ngabisin waktu lama buat menang malam ini. Gue juga kayanya udah biasa aja ga akan inget soal itu.”

“NAH GITU DONG, INI BARU KAKAK GUE.” Seru Jean.

***

“OKAY KALIAN BERDUA READY YA, GUYS SEKARANG SEBELAH KANAN GUE ADA JEAN DAN SEBELAH KIRI GUE ADA FERO, DALAM HITUNGAN KETIGA BEGITU GUE ANGKAT BENDERA INI TANDANYA START, SATU.. DUA.. TIGA, GO.” Teriak Lucas yang menjadi pemandu balap malam ini.

Saat ini posisi Fero masih di depan Dira, namun jarak mereka tidak terlalu jauh. Mereka sama-sama berkendara dengan kecepatan maksimal.

Pertandingan kali ini cukup menegangkan, pasalnya saat ini Fero dan Adira saling menyusul, mereka baru menjalankan setengah putaran sirkuit, namun posisi mereka terus menerus saling menyusul, hingga tak lama Adira menyusul Fero dan menjadikannya di posisi depan, garis finish pun sudah mulai terlihat, Adira menambahkan kecepatan motor yang digunakannya.

“OKAY GUYS FINISH, PERTANDINGAN MALAM INI DIMENANGKAN OLEH JEAN DENGAN HADIAH YANG SUDAH KITA SEDIAKAN, TOTAL HADIAH YANG DISERAHKAN SEBESAR SEPULUH JUTA.” Ucap Lucas

Congrats bro, lo keren banget malam ini.” Ucap Lucas

Adira hanya mengangguk saat Lucas berkata seperti itu, karena kalau sampai berbicara ia akan ketahuan.

Congrats Je, lo keren! Baru kali ini gue kalah sama anak sekolahan. Tapi gue mau kita tanding lagi minggu depan, biar saat itu gue yang bakalan kalahin lo.” Ucap Fero

“Woy Je, sini.” Panggil Jaren.

Adira pun menoleh saat mendengar teriakan dari Jaren, dalam hatinya “untung dia manggil, kalau ga gue bingung mau jawabnya.”

“Eh bro, gue sama Jean duluan ya. Lo kalau emang mau ajak tanding Jean lagi minggu depan boleh lah, tapi lo yang daftar ya, kita sih tunggu info aja.” Ucap Jaren pada Fero.

Jaren langsung membawa Adira ke markasnya, agar tidak banyak orang yang menghampirinya.

****

“Wah gila kak, lo keren sih bisa menang dari bang Fero itu. Thanks yaa kak hehehehe” Ucap Jean

“Berisik lo, nanti ga ada lagi ya kaya beginian. Untung menang, tuh ambil sono hadiahnya.”

“Lah emang ga lo ambil tadi?”

“Kagak ah males cuma dikit.”

“Ya iya sih, tapi kan lumayan buat jajan.”

“Ya udah sana buru ambil, traktir deh tuh para krucil temen lo itu, asal jangan dipake minum aja.”

“Emang kak Dira terbaik banget dah hehehe.” Ucap Hadi

“Giliran traktir aja lo paling depan anjir.” Ucap Janu

“Tau anjir, temen siapa sih dia, malu-maluin banget.” Ucap Ravin

“Ya elah, gue juga inget kok tahun depan baru boleh minum.” Ucap Jean pada Adira

“Ya udah buru ambil duitnya abis itu kita balik.”

“Oke siap bu.”

“Ra.” Sapa Jaren

“Ya?”

Congrats ya, lo hebat bisa kalahin Fero, walaupun udah lama ga turun.” Ucap Jaren pada Adira, mereka masih ada di basecampnya Jaren.

“Makasih, makasih juga lo udah sediain tempat buat Jean sama temen-temennya.”

“Bukan apa-apa Ra.”

Obrolan Jaren dan Adira pun terhenti ketika Janu berteriak di dekat pintu.

“Woy ayo balik, nih duitnya udah gue ambil.” Seru Janu

Setelah mengambil uang kemenangan yang di wakilkan oleh Janu, Jean dan Adira langsung kembali ke rumahnya, begitupun teman-teman Jean yang lain.

— Saka Bistro

Hari ini Adira menghabiskan sisa waktunya dengan pergi ke sebuah resto, niatnya sih mau me time tapi ada beberapa desainnya yang belum selesai, berujung ia juga mengerjakan tugasnya. Sebenarnya Adira lebih suka seperti ini di kala ingin fokus pada tugasnya, ia lebih memilih untuk menyendiri. “Gila niat gue tuh kan me time yak, malah nugas ujungnya.” Rutuknya kepada dirinya sendiri.

Setelah selesai mengerjakan tugas-tugasnya, ia meminta adiknya untuk menjemput dirinya karena Dira selalu malas jika harus membawa kendaraan.

“Ih lama lo.” Omel Adira

“Dih bersyukur ya gue jemput, pokonya lo harus ikutin kemauan gue sesuai sama yg dichat tadi.” Ucap Jean sambil menyalakan motornya.

“Emang lo mau minta apa sama gue?”

“Ada lah, nanti aja di rumah gue ngomongnya. Udah buruan naik, biar ga kemaleman nih.” Akhirnya Adira menaiki motor adiknya, mereka pun langsung menuju ke rumah.


Sesampainya di rumah, Adira langsung menodong adiknya dengan pertanyaan yang sudah ia tanyakan di resto tadi.

“Buruan lo mau minta apaan?”

“Bisa ga kita tuh masuk dulu, duduk dulu, nyantai dulu, mandi dulu baru dah lo nanya. Ini buka pintu aja belum lo udah nodong gue aja.”

“Abisnya lo kalau minta sesuatu suka macem-macem Je.”

“Kaga akan buset dah, udah ah gue mau mandi dulu nih gerah. Lo juga sana, bau apek gitu badan lo, nanti gue susul ke kamar dah.”

“Sialan lo ngatain gue bau apek, ya udah nanti lo ke kamar aja, jangan lupa ketok pintu.”

“Iyee”

Akhirnya kakak beradik itu menuju kamar mereka masing-masing untuk melanjutkan kegiatannya.

20 menit kemudian

“Kak, gue masuk ya?” Tanya Jean sambil mengetuk pintu kamar Adira.

“Masuk aja ga gue kunci kok.” Jawab Adira dari dalam kamarnya.

Jean memasuki kamar Adira, lalu duduk di kursi dekat meja belajar, sambil menatap kakaknya yang terduduk di ranjang tempat tidurnya.

“Apaan sih malah ngeliatin gue, buruan ngomong.” Ucap Adira

“Ehem, jadi begini nih gue mau ngomongin soal permintaan gue ke lo.”

“Hm lo mau apa?”

“Lo gantiin gue turun malam ini ya, gue lagi males sumpah, tapi ini jadwalnya giliran gue.”

“HAH? GILA LO YA DADAKAN GINI, GUE UDAH LAMA GA TURUN JEAN, LAGIAN INI KAN BUKAN WEEKEND KENAPA LO MESTI TURUN?” Omel Adira

“Haduh ga usah teriak sih, kita nih depan-depanan. Please lah, lo lama ga turun juga tetep jago kan, gue ga tau kalau jadwalnya bukan weekend, ini juga infonya dadakan kak.”

“Gila lo ya Jeandra, siapa lawannya?”

“Bang Fero kak, lo tau kan?”

“INI LEBIH GILA LAGI, GUE LAWAN FERO. LO TUH— KENAPA SIH AH, KESEL GUE.”

Please lah kak, lagian kan ga ada yang tau juga kalau lo cewek, lo juga kalau turun ga pernah nunjukin diri. Lo pake motor gue kok malem ini.”

“Pusing gue dengernya, ya udah lah. Terakhir nih lo minta yang aneh-aneh begini, besok-besok gue ga mau lagi dah.”

“Iya-iya terakhir, terimakasih teteh ku. Aku padamu.” “Gini aja lo panggil gue teteh, sini sun dulu, udah lama deh gue ga pernah sun lo.”

“GA MAU YA, GILA LO. GUE UDAH GEDE YA.”

“Tapi di mata gue lo masih kecil.”

“Serah” Jean keluar dari kamar Adira dengan perasaan yang dongkol, karena kakaknya itu selalu menganggapnya anak kecil.

— Saka Bistro

Hari ini Adira menghabiskan sisa waktunya dengan pergi ke sebuah resto, niatnya sih mau me time tapi ada beberapa desainnya yang belum selesai, berujung ia juga mengerjakan tugasnya. Sebenarnya Adira lebih suka seperti ini di kala ingin fokus pada tugasnya, ia lebih memilih untuk menyendiri. “Gila niat gue tuh kan me time yak, malah nugas ujungnya.” Rutuknya kepada dirinya sendiri.

Setelah selesai mengerjakan tugas-tugasnya, ia meminta adiknya untuk menjemput dirinya karena Dira selalu malas jika harus membawa kendaraan.

“Ih lama lo.” Omel Adira “Dih bersyukur ya gue jemput, pokonya lo harus ikutin kemauan gue sesuai sama yg dichat tadi.” Ucap Jean sambil menyalakan motornya. “Emang lo mau minta apa sama gue?” “Ada lah, nanti aja di rumah gue ngomongnya. Udah buruan naik, biar ga kemaleman nih.” Akhirnya Adira menaiki motor adiknya, mereka pun langsung menuju ke rumah.


Sesampainya di rumah, Adira langsung menodong adiknya dengan pertanyaan yang sudah ia tanyakan di resto tadi. “Buruan lo mau minta apaan?” “Bisa ga kita tuh masuk dulu, duduk dulu, nyantai dulu, mandi dulu baru dah lo nanya. Ini buka pintu aja belum lo udah nodong gue aja.” “Abisnya lo kalau minta sesuatu suka macem-macem Je.” “Kaga akan buset dah, udah ah gue mau mandi dulu nih gerah. Lo juga sana, bau apek gitu badan lo, nanti gue susul ke kamar dah.” “Sialan lo ngatain gue bau apek, ya udah nanti lo ke kamar aja, jangan lupa ketok pintu.” “Iyee” Akhirnya kakak beradik itu menuju kamar mereka masing-masing untuk melanjutkan kegiatannya.

20 menit kemudian

“Kak, gue masuk ya?” Tanya Jean sambil mengetuk pintu kamar Adira. “Masuk aja ga gue kunci kok.” Jean memasuki kamar Adira, lalu duduk di kursi dekat meja belajar, sambil menatap kakaknya yang terduduk di ranjang tempat tidurnya. “Apaan sih malah ngeliatin gue, buruan ngomong.” Ucap Adira “Ehem, jadi begini nih gue mau ngomongin soal permintaan gue ke lo.” “Hm lo mau apa?” “Lo gantiin gue turun malam ini ya, gue lagi males sumpah, tapi ini jadwalnya giliran gue.” “HAH? GILA LO YA DADAKAN GINI, GUE UDAH LAMA GA TURUN JEAN, LAGIAN INI KAN BUKAN WEEKEND KENAPA LO MESTI TURUN?” Omel Adira “Haduh ga usah teriak sih, kita nih depan-depanan. Please lah, lo lama ga turun juga tetep jago kan, gue ga tau kalau jadwalnya bukan weekend, ini juga infonya dadakan kak.” “Gila lo ya Jeandra, siapa lawannya?” “Bang Fero kak, lo tau kan?” “INI LEBIH GILA LAGI, GUE LAWAN FERO. LO TUH— KENAPA SIH AH, KESEL GUE.” “Please lah kak, lagian kan ga ada yang tau juga kalau lo cewek, lo juga kalau turun ga pernah nunjukin diri. Lo pake motor gue kok malem ini.” “Pusing gue dengernya, ya udah lah. Terakhir nih lo minta yang aneh-aneh begini, besok-besok gue ga mau lagi dah.” “Iya-iya terakhir, terimakasih teteh ku. Aku padamu.” “Gini aja lo panggil gue teteh, sini sun dulu, udah lama deh gue ga pernah di sun lo.” “GA MAU YA, GILA LO. GUE UDAH GEDE YA.” “Tapi di mata gue lo masih kecil.” “Serah” Jean keluar dari kamar Adira dengan perasaan yang dongkol, karena kakaknya itu selalu menganggapnya anak kecil.

— Saka Bistro

Hari ini Adira menghabiskan sisa waktunya dengan pergi ke sebuah resto, niatnya sih mau me time tapi ada beberapa desainnya yang belum selesai, berujung ia juga mengerjakan tugasnya. Sebenarnya Adira lebih suka seperti ini di kala ingin fokus pada tugasnya, ia lebih memilih untuk menyendiri. “Gila niat gue tuh kan me time yak, malah nugas ujungnya.” Rutuknya kepada dirinya sendiri.

Setelah selesai mengerjakan tugas-tugasnya, ia meminta adiknya untuk menjemput dirinya karena Dira selalu malas jika harus membawa kendaraan.

“Ih lama lo.” Omel Adira “Dih bersyukur ya gue jemput, pokonya lo harus ikutin kemauan gue sesuai sama yg dichat tadi.” Ucap Jean sambil menyalakan motornya. “Emang lo mau minta apa sama gue?” “Ada lah, nanti aja di rumah gue ngomongnya. Udah buruan naik, biar ga kemaleman nih.” Akhirnya Adira menaiki motor adiknya, mereka pun langsung menuju ke rumah.


Sesampainya di rumah, Adira langsung menodong adiknya dengan pertanyaan yang sudah ia tanyakan di resto tadi. “Buruan lo mau minta apaan?” “Bisa ga kita tuh masuk dulu, duduk dulu, nyantai dulu, mandi dulu baru dah lo nanya. Ini buka pintu aja belum lo udah nodong gue aja.” “Abisnya lo kalau minta sesuatu suka macem-macem Je.” “Kaga akan buset dah, udah ah gue mau mandi dulu nih gerah. Lo juga sana, bau apek gitu badan lo, nanti gue susul ke kamar dah.” “Sialan lo ngatain gue bau apek, ya udah nanti lo ke kamar aja, jangan lupa ketok pintu.” “Iyee” Akhirnya kakak beradik itu menuju kamar mereka masing-masing untuk melanjutkan kegiatannya.

20 menit kemudian

“Kak, gue masuk ya?” Tanya Jean sambil mengetuk pintu kamar Adira. “Masuk aja ga gue kunci kok.” Jean memasuki kamar Adira, lalu duduk di kursi dekat meja belajar, sambil menatap kakaknya yang terduduk di ranjang tempat tidurnya. “Apaan sih malah ngeliatin gue, buruan ngomong.” Ucap Adira “Ehem, jadi begini nih gue mau ngomongin soal permintaan gue ke lo.” “Hm lo mau apa?” “Lo gantiin gue turun malam ini ya, gue lagi males sumpah, tapi ini jadwalnya giliran gue.” “HAH? GILA LO YA DADAKAN GINI, GUE UDAH LAMA GA TURUN JEAN, LAGIAN INI KAN BUKAN WEEKEND KENAPA LO MESTI TURUN?” Omel Adira “Haduh ga usah teriak sih, kita nih depan-depanan. Please lah, lo lama ga turun juga tetep jago kan, gue ga tau kalau jadwalnya bukan weekend, ini juga infonya dadakan kak.” “Gila lo ya Jeandra, siapa lawannya?” “Bang Fero kak, lo tau kan?” “INI LEBIH GILA LAGI, GUE LAWAN FERO. LO TUH— KENAPA SIH AH, KESEL GUE.” “Please lah kak, lagian kan ga ada yang tau juga kalau lo cewek, lo juga kalau turun ga pernah nunjukin diri. Lo pake motor gue kok malem ini.” “Pusing gue dengernya, ya udah lah. Terakhir nih lo minta yang aneh-aneh begini, besok-besok gue ga mau lagi dah.” “Iya-iya terakhir, terimakasih teteh ku. Aku padamu.” “Gini aja lo panggil gue teteh, sini sun dulu, udah lama deh gue ga pernah di sun lo.” “GA MAU YA, GILA LO. GUE UDAH GEDE YA.” “Tapi di mata gue lo masih kecil.” “Serah” Jean keluar dari kamar Adira dengan perasaan yang dongkol, karena kakaknya itu selalu menganggapnya anak kecil.

#Nugas berkedok me time

— Saka Bistro

Hari ini Adira menghabiskan sisa waktunya dengan pergi ke sebuah resto, niatnya sih mau me time tapi ada beberapa desainnya yang belum selesai, berujung ia juga mengerjakan tugasnya. Sebenarnya Adira lebih suka seperti ini di kala ingin fokus pada tugasnya, ia lebih memilih untuk menyendiri. “Gila niat gue tuh kan me time yak, malah nugas ujungnya.” Rutuknya kepada dirinya sendiri.

Setelah selesai mengerjakan tugas-tugasnya, ia meminta adiknya untuk menjemput dirinya karena Dira selalu malas jika harus membawa kendaraan.

“Ih lama lo.” Omel Adira “Dih bersyukur ya gue jemput, pokonya lo harus ikutin kemauan gue sesuai sama yg dichat tadi.” Ucap Jean sambil menyalakan motornya. “Emang lo mau minta apa sama gue?” “Ada lah, nanti aja di rumah gue ngomongnya. Udah buruan naik, biar ga kemaleman nih.” Akhirnya Adira menaiki motor adiknya, mereka pun langsung menuju ke rumah.


Sesampainya di rumah, Adira langsung menodong adiknya dengan pertanyaan yang sudah ia tanyakan di resto tadi. “Buruan lo mau minta apaan?” “Bisa ga kita tuh masuk dulu, duduk dulu, nyantai dulu, mandi dulu baru dah lo nanya. Ini buka pintu aja belum lo udah nodong gue aja.” “Abisnya lo kalau minta sesuatu suka macem-macem Je.” “Kaga akan buset dah, udah ah gue mau mandi dulu nih gerah. Lo juga sana, bau apek gitu badan lo, nanti gue susul ke kamar dah.” “Sialan lo ngatain gue bau apek, ya udah nanti lo ke kamar aja, jangan lupa ketok pintu.” “Iyee” Akhirnya kakak beradik itu menuju kamar mereka masing-masing untuk melanjutkan kegiatannya.

20 menit kemudian

“Kak, gue masuk ya?” Tanya Jean sambil mengetuk pintu kamar Adira. “Masuk aja ga gue kunci kok.” Jean memasuki kamar Adira, lalu duduk di kursi dekat meja belajar, sambil menatap kakaknya yang terduduk di ranjang tempat tidurnya. “Apaan sih malah ngeliatin gue, buruan ngomong.” Ucap Adira “Ehem, jadi begini nih gue mau ngomongin soal permintaan gue ke lo.” “Hm lo mau apa?” “Lo gantiin gue turun malam ini ya, gue lagi males sumpah, tapi ini jadwalnya giliran gue.” “HAH? GILA LO YA DADAKAN GINI, GUE UDAH LAMA GA TURUN JEAN, LAGIAN INI KAN BUKAN WEEKEND KENAPA LO MESTI TURUN?” Omel Adira “Haduh ga usah teriak sih, kita nih depan-depanan. Please lah, lo lama ga turun juga tetep jago kan, gue ga tau kalau jadwalnya bukan weekend, ini juga infonya dadakan kak.” “Gila lo ya Jeandra, siapa lawannya?” “Bang Fero kak, lo tau kan?” “INI LEBIH GILA LAGI, GUE LAWAN FERO. LO TUH— KENAPA SIH AH, KESEL GUE.” “Please lah kak, lagian kan ga ada yang tau juga kalau lo cewek, lo juga kalau turun ga pernah nunjukin diri. Lo pake motor gue kok malem ini.” “Pusing gue dengernya, ya udah lah. Terakhir nih lo minta yang aneh-aneh begini, besok-besok gue ga mau lagi dah.” “Iya-iya terakhir, terimakasih teteh ku. Aku padamu.” “Gini aja lo panggil gue teteh, sini sun dulu, udah lama deh gue ga pernah di sun lo.” “GA MAU YA, GILA LO. GUE UDAH GEDE YA.” “Tapi di mata gue lo masih kecil.” “Serah” Jean keluar dari kamar Adira dengan perasaan yang dongkol, karena kakaknya itu selalu menganggapnya anak kecil.