— Starbucks

Sore ini setelah kelas berakhir, Adira memilih untuk mengerjakan tugas desainnya di coffee shop yang letaknya hanya bersebrangan dengan kampusnya, ia akan mengerjakan tugasnya sendirian karena ketiga temannya memiliki kesibukan lain.

Suasana di coffee shop sore ini sangat ramai, bahkan hanya ada tiga meja kosong yang tersisa, Adira memilih meja yang berada di pojok ruangan alasannya agar ia bisa fokus untuk mengerjakan desainnya, biasanya Adira lebih memilih meja yang letaknya berada di depan kaca besar, meja tersebut berhadapan langsung dengan jalan raya, bagi Adira sih seru melihat kendaraan yang berlalu lalang dengan menikmati segelas iced coffee favoritenya.


Danu tergesa-gesa memasuki coffee shop yang ada di sebrang kampusnya, karena ia harus mengecek semua laporan hasil rapat kemarin yang sudah dikirim oleh sekretarisnya, Danu merupakan ketua BEM fakultas Teknologi Informasi. Setelah memesan minuman yang ia sukai dan makanan untuk mengisi perutnya yang sedang keroncongan, Danu baru tersadar jika semua meja yang ada di ruangan tersebut sudah terisi oleh pengunjung lain, ia menghela nafas sambil memerhatikan sekitar ruangan, barangkali ada seseorang yang ia kenal, agar ia bisa numpang dimejanya.

Setelah memerhatikan ke seluruh penjuru ruangan, matanya menangkap sosok yang sedang sibuk dengan buku gambarnya, orang itu tak lain adalah Adira, gadis yang ia temui tempo hari karena kehilangan kunci mobilnya, Danu pun bergegas menghampiri gadis tersebut.

Sorry, Adira kan? Gue boleh numpang di sini nggak?” tanya Danu yang sedang berdiri di hadapan meja Adira dengan kedua tangan yang sibuk membawa pesanannya.

“Eh? Iya, lo yang tempo hari itu kan?” Adira terlihat kebingungan karena ia lupa dengan nama lelaki yang ada di hadapannya saat ini.

“Danu, gue Danu yang nemuin kunci mobil lo. Jadi gue boleh numpang di sini nggak? Semua meja penuh soalnya.”

“Oh iya, duduk aja.” Adira mempersilahkan Danu untuk duduk di kursi yang berada di hadapannya.

Sorry ya, lo bisa lanjut aja kok. Gue cuma mau ngecek laporan doang gak akan lama,” ucap Danu sambil menyimpan cup minuman dan piring makanannya.

“Okay santai aja.” Adira lanjut mengerjakan tugas desainnya, walaupun terkadang ia merasa terganggu dengan wajah Danu yang ada di hadapannya, tidak bisa dipungkiri bahwa Danu memiliki wajah yang tampan juga memiliki daya tarik tersendiri.


Setelah dua jam berlalu, Danu selesai mengecek semua laporan hasil rapat kemarin, ia langsung menutup laptopnya. Danu cukup terkaget karena begitu laptopnya tertutup, ada Adira yang sedang menenggelamkan wajahnya diantara kedua tangannya, Danu memerhatikan gadis itu ternyata ia sedang tertidur, perlahan ia membereskan laptopnya dan barang-barang yang ada dimejanya, lalu ia sibuk memandangi Adira sambil berkata dengan pelan “cantik juga, bisa-bisanya ketiduran lagi nugas begitu, hasil gambarnya jadi ada coretan gak jelas.” Lalu Danu membuka ponselnya dan melihat aplikasi chatting, ternyata banyak pesan masuk yang belum sempat ia balas.

10 menit berlalu Adira terbangun dari tidurnya, lalu melihat ke sekelilingnya dan tersadar bahwa ia masih berada di coffee shop.

“Mimpi apa Adira?” tanya Danu sambil terkekeh melihat muka Adira yang kebingungan.

“Gue ketiduran berapa lama?” Adira tak menjawab pertanyaan Danu dan malah balik bertanya.

“Nggak tahu deh, begitu gue selesai cek laporan dan tutup laptop, udah lihat lo tidur.”

“Kalau udah selesai kenapa lo nggak langsung pulang aja?”

“Ya kali gue ninggalin cewek yang ketiduran di coffee shop sendirian. Anyway tugas lo jadi banyak coretannya tuh.” Mata Danu tertuju pada sketchbook milik Adira yang terdapat banyak coretannya.

Mendengar Danu berbicara seperti itu, ia langsung melihat ke sketchbooknya dan benar sekali, banyak coretan tidak jelas di sana.

“Oh shit! Capek-capek gue mikirin desain ini dan kecoret gitu aja. Bodoh banget Adira,” umpat Adira setelah melakukan kecerobohannya.

“Hahahaha, udah mending beresin aja peralatan lo. Kelihatannya lo capek banget, kurang istirahat ya? Lo bawa mobil hari ini?” Danu tertawa melihat tingkah Adira, ternyata gadis yang cukup cuek dan jutek itu merupakan gadis yang cukup ceroboh juga.

“Loh gue baru inget gak bawa mobil juga.” Adira menepuk jidatnya, lagi-lagi ia ceroboh, sudah tidak membawa mobil, ia juga lupa mengabari orang rumah.

Lagi-lagi Danu terkekeh melihat kelakuan gadis yang ada di depannya itu, lucu.

“Rumah lo di mana? Gue anter aja ga apa-apa kok, kasian lo kecapekan gini.”

“Gak usah, nanti ngerepotin. Gak apa-apa gue bisa pake ojol kok,” tolak Adira.

“Ini udah malam loh Adira, gak baik cewek pulang malam sendirian. Gue antar aja ya?”

Adira terdiam mendengar ucapan Danu, ia juga berpikir bahwa rumahnya cukup jauh dari kampus, terlebih kalau sudah malam hari jalanan menuju rumahnya juga cukup sepi.

“Boleh deh, tapi serius lo mau anter gue? Rumah gue jauh loh.”

“Iya ayo gue antar, mau sejauh apapun gue antar asal nggak keluar kota aja.”

“Nggak sejauh itu kok, ya udah sebentar ya gue ke toilet dulu.”

“Okay.”

Setelah kembalinya Adira dari toilet, Danu sudah menunggunya di parkiran.

“Rumah lo ke arah atas atau bawah?”

“Ke atas, rumah gue di setiabudhi.”

“Kalau gitu nggak apa-apa kan ke kampus dulu? Soalnya tadi gue kesini jalan kaki, mobilnya sih di kampus.”

“Iya nggak apa-apa kok.”


“Oh iya lo ada nama panggilan nggak sih? Kayanya kepanjangan tiap kali gue manggil lo.”

“Lo bisa panggil gue Dira atau Ra juga nggak apa-apa, biasanya temen-temen gue juga panggil kaya gitu.”

“Okay Dira ya. Ngomong-ngomong lo semester berapa sekarang?”

“Gue tingkat akhir, soalnya fsrd kan diploma. Kalau lo gimana?”

“Ah iya, fsrd tuh diploma ya. Gue tahun ketiga sekarang.”

“Lagi sibuk dong ya?”

“Ya biasa lah, kebetulan aja gue ketua BEM periode ini, sibuknya sih untuk ajaran baru sebentar lagi. Kalau lo lagi sibuk ngapain?”

“Oh lo ketua BEM. Gue sih sibuk untuk tugas akhir, soalnya cukup ribet untuk anak fashion desain tugas akhirnya.”

“Oh ya? Emang apa tugas akhirnya?”

“Kita disuruh buat satu pakaian gitu untuk dipresentasikan, jadi nanti ada model yang meragain baju kita, ya semacam fashion show lah, mahasiswa fakultas dan jurusan lain juga bisa dateng kok.”

“Wah ribet juga ya, kalau ada waktu gue pengen deh dateng ke acaranya.”

Begitulah percakapan Adira dan Danuarta selama dalam perjalanan menuju rumah Adira.

Thankyou Danu, lo udah jauh-jauh anterin gue pulang,” ucap Adira sambil membuka seatbelt yang terpasang.

“Bukan apa-apa, cuma ke setiabudhi doang. Lagian gue juga nggak akan ngebiarin anak cewek pulang sendirian malem-malem gini.”

“Sekali lagi makasih, gue duluan ya. Lo hati-hati di jalan.” Adira bergegas keluar dari mobil Danu.

“Iyaa, bye Adira,” ucap Danu dari dalam mobil, lalu mobil Danu melaju meninggalkan Adira yang berdiri di depan gerbangnya.