Rumor

Hari ini sesuai janjinya dengan sang adik tingkat, Danu bersiap untuk bertemu dengannya, Danu memilih untuk mengiyakan ajakan Alana karena menyangkut soal Adira. Kini Danu berada dalam perjalanan menuju rumah Alana yang ternyata letaknya tidak terlalu jauh dari rumahnya. Tak perlu waktu lama kini Danu sudah berhenti tepat di depan rumah Alana, lalu Danu mengeluarkan ponselnya untuk mengirimkan pesan pada Alana yang berisikan bahwa dirinya sudah sampai di depan rumah Alana, tak lama pesan itu terkirim muncul seorang gadis dengan pakaian yang rapi sedang berjalan ke arah mobilnya.

“Hallo kak, makasih ya udah mau jemput, jadi ngerepotin nih,” ucap Alana yang kini sudah terduduk di kursi depan mobil Danu.

“Santai, ini lo mau ke gramedia dulu kan?”

“Iya kak, nggak apa-apa kan? Tapi kalau mau ngobrol dulu juga boleh kok, aku santai.”

“Ya udah kalau gitu gue pilih ngobrol dulu aja.”

Selama perjalanan suasana dimobil cukup awkward, pasalnya Danu tidak mengenal adik tingkatnya ini, hanya pernah berikirim pesan beberapa kali saja dan itu pun bukan urusan yang penting, namun sebenarnya sesekali Alana mengajaknya berbicara atau pun bertanya kepada Danu tapi hanya ditanggapi seperlunya saja.


“Lo mau pesan apa? Biar gue aja yang antri, lo cari aja tempat duduk, kalau bisa jangan yang terlalu ramai ya,” ucap Danu setibanya mereka di salah satu coffee shop yang ada di mall.

“Oh okay kak, aku mau signature chocolate aja satu.”

“Oke.”

Danu langsung mengantri untuk memesan minuman dan Alana langsung pergi untuk mencari tempat duduk.

“Nih signature chocolate. Jadi apa yang mau lo kasih tau tentang Adira?”

“Eh? Langsung aja nih kak? Bahkan aku belum coba minuman ku loh kak.”

“Ya lo minum aja, abis itu jawab.”

“Ehem... Jadi gini kak, aku tau kalau kakak lagi deket sama kak Adira, terus aku juga sering liat postingan kakak atau kak Adira ditwitter gitu, aku cukup kaget sih kak ternyata kak Adira deket nggak cuma sama kakak doang ya?”

“Maksud lo?”

“Iya itu kalau yang aku lihat ditwitter kayanya kak Adira deket sama cowok lain juga deh, atau mungkin sebenernya mereka pacaran. Aku sebenernya punya sepupu yang dulu satu sekolah sama kak Adira, katanya dari dulu dia emang suka gonta-ganti cowok gitu sih kak, bahkan sepupu aku ini tuh kan temen deketnya kak Adira, tapi cowok sepupu ku juga diembat sama kak Adira, jadi aku cuma mau kasih tau kakak aja, biar kakak hati-hati dan nggak jadi korban kak Adira gitu,” ucap Alana

“Okay gue nangkep cerita lo, tapi Adira yang gue kenal nggak kaya gitu, bahkan Adira tuh buat deket sama cowok aja susah, karena trauma masa lalunya.”

Mendengar ucapan Danu, Alana tidak kehabisan akal untuk menjelek-jelekan Adira dihadapan Danu.

“Iya kak trauma itu ada karena sejak kejadian kak Adira embat cowoknya sepupu ku, sejak saat itu kak Adira mulai dijauhin sama temen-temennya bahkan satu sekolah nggak ada yang mau temenan sama dia kak.”

Mendengar perkataan Alana yang seperti itu mengenai Adira, ini merupakan suatu hal yang membuat Danu kaget, pasalnya Adira yang ia kenal tidak mungkin melakukan hal yang seperti itu, namun setelah mendengarkan penjelasannya cukup masuk akal, karena selama ini Adira memang tidak memiliki teman, hanya dua orang teman perempuannya di kampus dan tentu saja Deryan yang merupakan tetangganya.

“Terus apa lagi yang mau lo sampein soal Adira?”

“Aku baru tahu segitu sih kak, aku belum diceritain hal yang lebih detail dari itu sama sepupu ku. Seperti yang aku bilang, aku nggak ada maksud apa-apa cuma pengin kak Danu nggak jadi korban dari kak Adira aja sih kak.”

“Oke thank you atas infonya. Terus sekarang lo mau ke toko buku kan?”

“Iya kak. Sekarang nih kak?”

“Sekarang aja, gue juga nggak bisa lama-lama soalnya.”

“Oh iya-iya kalau gitu sekarang aja.”

Selanjutnya Alana dan Danu keluar dari coffee shop tersebut dan berjalan menuju toko buku yang ada di Mall tersebut.

Tak ada yang spesial dengan kegiatannya bersama Alana, tetapi semua perkataan Alana cukup membuatnya kepikiran.

— srnras