Dinner dan Perjodohan

Clarine sampai di lobby hotel the Java, ia berjalan menuju lift karena lokasi makan malamnya ada di lantai 3, berdasarkan pesan bundanya, ruangan di restaurant lantai 3 itu adalah ruangan private.


“Pak Yovie saya minta maaf karena putri saya yang datang terlambat sehingga membuat pak Yovie dan keluarga menunggu,” ucap lelaki paruh baya itu

“Tidak apa-apa pak Juan, kami juga baru sampai.”

Tidak lama percakapan itu berakhir, terdengar suara pintu terbuka, orang yang membuka pintu tersebut adalah Clarine.

Melihat suasana diruangan itu yang cukup penuh ia merasa salah ruangan, namun lamunannya menghilang seketika ketika ia mendengar namanya yang disebutkan oleh seorang laki-laki.

“NENG CLARINE?” ucap lelaki itu, semua orang yang ada di ruangan itu menatap ke arah Jerren dan Clarine bergantian.

“Mang Jamal?” Suasana di ruangan itu seketika menjadi berubah.

“Loh Clarine apa maksud kamu? Laki-laki itu namanya Jerren bukan Jamal,” ucap bunda Clarine.

“Aaah gitu yaa, maaf,” jawab Clarine

“Ya sudah kalau gitu kita mulai saja makan malamnya, ayok nak Clarine duduk,” ucap Yovie (papinya Jerren)

Clarine mendudukan dirinya dikursi, perasaannya saat ini sangat campur aduk, apa maksud dari ini semua, ia bingung tapi juga merasa senang karena melihat lelaki yang dihadapannya itu.


Setelah semuanya selesai, pak Yovie akhirnya membuka pembicaraan.

“Nak Clarine mungkin kamu terkejut karena bunda nak Clarine mengajak makan malam secara tiba-tiba, sebenarnya saya dan ayah nak Clarine sudah berteman lama, kami satu kantor dan ayah nak Clarine adalah orang kepercayaan saya. Saya dan pak Juan sudah merencanakan ini semua sejak lama, sejak kami masih kuliah, kami berjanji jika suatu saat memiliki anak berpasangan, laki-laki dan perempuan maka akan kami jodohkan, itu lah alasan makan malam ini dilakukan.”

Semua orang tidak ada yang berbicara, suasana di ruang makan ini sangat hening dan serius.

“Benar apa yang pak Yovie bilang, Clar. Ayah dan pak Yovie sudah merencanakan ini sejak lama, dan orang yang akan dijodohkan dengan kamu itu nak Jerren.”

“Sebentar yah, Clarine bingung karena laki-laki ini mirip penjual lumpia basah langganan Clarine.”

“Mang Jamal? Kamu mang Jamal kan?” tanya Clarine kepada laki-laki yang ada dihadapannya.

“Iya neng Clarine.”

Clarine menghembuskan nafas panjang setelah mendengar jawaban dari laki-laki itu.

“Terus selama ini maksudnya apa? Kamu jualan lumpia basah?”

Jerren tidak langsung menjawab pertanyaan Clarine

“Om boleh kan Jerren sama Clarine keluar sebentar? Ada yang mau Jerren omongin sama Clarine,” ucap Jerren kepada ayahnya Clarine

“Boleh nak Jerren,” sahut pak Juan.


“Clarine, biar saya jelasin sekarang,” ucap Jerren

“Iya.”

“Jadi selama tiga bulan ini saya jualan lumpia basah itu karena saya mau cari calon istri, tapi saya nggak mau jadi Jerren yang biasanya, saya mau jadi orang yang biasa aja. Itu saya lakukan karena selama ini para wanita ingin dengan saya, hanya karena saya ini kaya, saya nggak mau punya istri yang seperti itu, makanya saya nyamar jadi penjual lumpia basah. Saya ingin dilihat sebagai orang biasa saja, saya nggak mau wanita yang saya cintai hanya mencintai harta saya saja, bukan saya atau pun keluarga saya. Saya nggak bermaksud menipu kamu,” jelas Jerren.

“Jadi nama kamu Jerren?”

“Iya Clarine, perkenalkan nama saya Jerren Bintara Suwandi anak dari pak Yovie Suwandi.”

“Terus waktu kamu menghilang seminggu lebih dan nggak jualan itu?”

“Ah iya, saya minta maaf soal itu, sebenarnya saya nggak sakit. Saya disuruh papi menggantikan beliau untuk mengurus perusahaan yang disini.”

“Jadi orang yang saya lihat di kantor saya waktu itu memang kamu?”

“Benar Clarine, maaf saya banyak membohongi kamu.”

Clarine terdiam mendengar ucapan Jerren, baginya semua ini terlalu tiba-tiba. Bahkan ia tidak pernah menyangka bahwa mang Jamal yang ia kenal adalah Jerren, walau pun jauh didalam hatinya ia merasa senang karena dijodohkan dengan pria yang ia suka, suka ya? Iya akhirnya Clarine mengakui bahwa dirinya jatuh cinta pada Jamal penjual lumpia basah, bukan Jerren yang ada dihadapannya.


Jerren dan Clarine kembali ke ruang makan sebelumnya.

“Gimana? Udah ngobrolnya?” Tanya Yovie

“Udah om,” Jawab Clarine

“Baik kalau gitu, Jerren dan Clarine kami sudah menetapkan tanggal untuk pernikahan kalian, itu akan dilaksanakan 1 bulan lagi. Saya rasa nggak perlu acara tunangan karena kalian juga terlihat sudah saling mengenal satu sama lain,” ucap Yovie.

“Gimana Jerren dan Clarine?”

“Jerren sih setuju aja pi,” ucap Jerren

“Clarine ngikut gimana baiknya aja om.”

“Baik kalau begitu semua sudah selesai yaa.”

Makan malam itu pun berakhir dengan hasil Jerren dan Clarine yang akan menikah satu bulan kemudian.

-srnras